Translate

Jumaat, 21 Mei 2010

SUNAN DRAJAT


Sunan Drajat (lahir di Ampel tahun 1470 dan wafat di Sedayu Gresik pertengahaan abad ke-16). Nama aslinya Raden Kosim atau Syarifuddin. Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang sangat serius pada masalah masalah sosial sehingga ia terkenal berjiwa sosial. Ia juga terkenal sebagai pencipta tembang Jawa, yaitu tembang Pangkur, yang sampai sekarang masih banyak digemari masyarakat.
Pemikiran kesufian Sunan Drajat yang menonjol adalah upaya menyadarkan kepada manusia dari ambisi jabatan dan kedudukan, yang keduanya ini akan mendorong manusia untuk menikmati dunia itu dengan pola hidup berpoya poya dan pemuasan nafsu perut. Padahal menurutnya perut adalah sumber segala syahwat dan penyakit jasmani dan rohani. Jika perut di isi makanan dan minuman enak maka timbullah nafsu serakah, dan kemudian timbullah nafsu nafsu lain, seperti syahwat kelamin, pemabokan, perjudian dan lain lain.
Oleh karena pola hidup mewah itu harus dicapai dengan jalan menguasai pangkat dan kedudukan, maka orang berlomba mengejar pangkat dan kedudukan, meski dengan jalan kezhaliman, kecurangan dalam politik dan makar. Untuk itulah Sunan Drajat selalu menyuruh santrinya agar memelihara perutnya, makan minum sekedar yang dibutuhkan bagi kesehatan jasmani dan rohani tanpa berlebihan.
Makan dan minum tidak sembarangan tetapi yang suci dan halal agar zat zat darah yang terbentuk dari makanan dan minuman ini menjadi bersih bagi perbuatan anggota badan serta menumbuhkan kejernihan berpikir. Diingatkan, bahwa perut yang kekenyangan menjadi sumber segala macam penyakit, membikin berat badan dan bau busuk ketika mati. Perut kekenyangan juga menyebabkan otak menjadi tumpul dan mati, malas berpikir serta segan mejalankan ibadah. Sunan Drajat mengingatkan bahwa orang Islam layak makan hanya satu porsi sekedar menghilangkan lapar. Konsep pemikiran seperti ini kelihatannya mirip dengan pemikiran tasawuf al-Ghozali.
Kepada pembesar negara, Sunan Drajat seperti halnya al-Ghozali menasehati mereka untuk selalu memperhatikan kesejahteraan rakyat. Untuk itu ia selalu mengajarkan sikap kasih sayang dan al-Birru: bersedia memberi pertolongan kepada orang lain, rela berkorban, berlaku adil, dan takut berbuat serakah dalam mengejar duniawi.

Tiada ulasan: