Translate

Isnin, 16 April 2012

Pulau Komodo









Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah barat Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
Sejarah
Inilah kisah tentang naga. Bukan sekadar legenda, tetapi benar-benar seekor naga yang hingga kini masih mendiami Kepulauan Indonesia bagian timur dan tengah. Raksasa dari dunia reptil ini punya reputasi sebagai predator puncak di kelasnya.
Sejak dulu di Pulau Komodo, jajaran Kepulauan Flores, Indonesia, telah muncul kisah tentang naga raksasa. Banyak pelaut yang berkisah bahwa naga ini lebih mirip monster yang menakutkan.
Ekornya yang besar bisa merubuhkan seekor kerbau hanya dengan satu kibasan. Rahangnya besar dan kuat, hingga mampu menelan seekor babi hutan dalam satu gerakan. Dan dari mulutnya senantiasa menyemburkan api.
Kisah ini beredar luas dan sempat menarik perhatian banyak orang. Namun tak pernah ada yang berani mendekati pulau tersebut untuk membuktikannya. Sampai akhirnya pada 1910-an awal, muncul laporan dari gugus satuan tempur armada kapal Belanda yang bermarkas di Flores tentang makhluk misterius yang diduga “naga” mendiami sebuah pulau kecil di wilayah Kepulauan Sunda Lesser (sekarang jajaran Kepulauan Flores, Nusa Tenggara).
Para pelaut militer Belanda tersebut memberi laporan bahwa makhluk tersebut kemungkinan berukuran sampai tujuh meter panjangnya, dengan tubuh raksasa dan mulut yang senantiasa menyemburkan api. Letnan Steyn van Hensbroek, seorang pejabat Administrasi Kolonial Belanda di kawasan Flores mendengar laporan ini dan kisah-kisah yang melingkupi Pulau Komodo. Ia pun merencanakan perjalanan ke Pulau Komodo.
Setelah mempersenjatai diri dan membawa satu regu tentara terlatih, ia mendarat di pulau tersebut. Setelah beberapa hari di pulau itu, Hensbroek berhasil membunuh satu spesies aneh itu.
Ia membawanya ke markas dan dilakukan pengukuran panjang hasil buruannya itu dengan panjang kira-kira 2,1 meter. Bentuknya sangat mirip kadal. Satwa itu kemudian dipotret (didokumentasikan) oleh Peter A Ouwens, Direktur Zoological Museum and Botanical Gardens Bogor, Jawa. Inilah dokumentasi pertama tentang komodo.
Ouwens tertarik dengan temuan satwa aneh tersebut. Ia kemudian merekrut seorang pemburu lihai untuk menangkap spesimen untuknya. Sang pemburu berhasil membunuh dua ekor komodo yang berukuran 3,1 meter dan 3,35 meter, plus menangkap dua anakan, masing-masing berukuran di bawah satu meter.
Berdasarkan tangkapan sang pemburu ini, Ouwens melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa komodo bukanlah naga penyembur api, melainkan termasuk jenis kadal monitor (monitor lizard) di kelas reptilia.
Hasil penelitiannya ini kemudian dipublikasikan pada koran terbitan tahun 1912. Dalam pemberitaan itu, Ouwens memberi saran nama pada kadal raksasa itu Varanus komodoensis sebagai pengganti julukan Komodo Dragon (Naga Komodo).
Sadar arti penting komodo sebagai satwa langka, Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan proteksi terhadap komodo dan Pulau Komodo pada 1915. Jadilah kawasan itu sebagai wilayah konservasi komodo.
Hewan Prasejarah yang Bertahan
Usai Perang Dunia I, sebuah ekspedisi ilmiah dirancang untuk melakukan penelitian komodo. Pada 1926, ekspedisi yang dipimpin W Douglas Burden dari American Museum of Natural History dengan perangkat penelitian termodern, melakukan penelitian selama berbulan-bulan.
Ekspedisi yang melibatkan puluhan orang itu menangkap 27 ekor komodo. Mereka melakukan bedah anatomi dan identifikasi spesies. Dari sinilah laporan ilmiah pertama yang lengkap tentang komodo dibuat.
Dideskripsikan bahwa komodo memiliki kepala yang besar dan kuat, memiliki sepasang mata yang bersinar, kulitnya keras, tebal dan liat. Memiliki kelambir kulit berkerut di bawah lehernya.
Bentuknya mirip dengan biawak, dengan empat kaki yang gemuk besar dan ekor yang juga gemuk besar panjang. Memiliki 26 gigi yang tajam, masing-masing berukuran 4 cm, memiliki lidah bercabang yang berwarna merah cerah. Jika dilihat dari kejauhan, lidah yang dijulurkan akan mirip api, karena komodo sering menjulurkan lidahnya seperti ular.
Komodo juga pemburu handal. Ia mengandalkan gigitan dan racun bakteri pada ludahnya untuk melumpuhkan mangsa. Ia akan mengikuti mangsanya yang sudah terluka selama berhari-hari, sampai akhirnya mati, barulah ia menyantapnya. Sebagai karnivora dan scavenger (pemakan bangkai), komodo memang hanya ditemui di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang, Owadi dan Samiin. Komodo juga diketahui sebagai hewan yang jago berenang. Dengan cara itulah ia melakukan penjelajahan di pulau-pulau sekitar Flores.
Fosil
Sementara itu pada pertengahan abad 20, di Australia ditemukan fosil makhluk purba yang setelah diteliti sangat mirip dengan komodo. Berdasarkan uji karbon, fosil itu diyakini berasal dari masa 60-30 juta tahun lalu. Ini berarti komodo pernah menghuni daratan Australia di masa prasejarah.
Namun peneliti masih dibingungkan dengan hubungan Pulau Komodo dengan fosil komodo dari Australia. Walau sejarah geologi bumi menunjukkan bahwa dulunya Australia dan beberapa kepulauan Indonesia adalah satu lempeng, namun Pulau Komodo diperkirakan terbentuk sekitar 1 juta tahun silam.
Sementara berdasarkan penelitian, komodo prasejarah sudah punah setidaknya 30 juta tahun lalu, sebelum Pulau Komodo terbentuk. Lantas mengapa komodo hanya bisa ditemukan di Pulau Komodo dan sekitarnya? Sejak kapan komodo menghuni Pulau Komodo? Sementara tidak pernah ditemukan jejak belulang komodo di tempat lain (kecuali Australia). Ini adalah satu misteri yang menuntut penelitian lebih lanjut.
Temuan komodo sebagai legenda naga yang hidup, memancing rasa ingin tahu dunia internasional. Beberapa ekspedisi ilmiah dari berbagai negara secara bergilir melakukan penelitian di Pulau Komodo.
Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis "New Seven Wonders of Nature" yang baru diumumkan pada tahun 2010 melalui voting secara online.

Ahad, 15 April 2012

Candi Borobudur



Di Indonesia juga ada bangunan raksasa yang masih banyak misteri tak terpecahkan. Yaitu Candi Borobudur.

Menurut sejarah Candi Borobudur dibangun oleh Raja Smaratungga salah satu raja kerajaan Mataram kuno dari dinasti Syailendra pada abad ke-8. Menurut legenda Candi Borobudur dibangun oleh seorang arsitek bernama Gunadharma, namun kebenaran berita tersebut secara hirtoris belum diketahui secara pasti.

Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun.
Sedangkan ketika dilihat dari udara, bentuk Candi Borobudur mirip dengan teratai. Teratai memang salah satu dari simbol-simbol yang dipakai dalam penghormatan (puja) agama Buddha, melambangkan kesucian, mengingatkan umat Buddha untuk senantiasa menjaga pikiran dan hati tetap bersih meski berada di lingkungan yang ‘tidak bersih’
Tahun 1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau. Danau yang sekarang sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.

Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah candi.

Yang menarik dari Candi Borobudur adalah nama arsiteknya, yang bernama Gunadharma. Tapi siapakah Gunadharma?
Tidak ada catatan sejarah mengenai tokoh bernama Gunadharma ini. Diperkirakan Gunadharma merupakan simbol dari nama seseorang yang punya intelektual luar biasa. Ada anggapan bahwa Candi Borobudur dibangun dengan bantuan ‘makhluk lain’.

Bahan dasar penyusun Candi Borobudur adalah batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan. Bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur, Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayat, berada dalam satu garis lurus.

Maka tidak heran ada legenda yang mengatakan orang zaman dulu menguasai ilmu sihir sehingga bisa terbang melayang di angkasa. Termasuk si Gunadharma ini ?

Keanehan serupa juga ditemukan di Peru, tepatnya di daerah Nazca atau keanehan ini lebih dikenal dengan sebutan Nazca Line. Jika dilihat dari darat, maka Nazca Line hanya terlihat biasa saja.
Sampai saat ini para ahli juga masih belum menemukan jawaban bagaimana dan siapa yang membuat lukisan sketsa raksasa di permukaan bumi. Gambar tersebut sangat jelas, seakan dibuat sambil diawasi dari angkasa.

Leptis Magna





Leptis Magna,(bahasa Arab: لبده) juga dikenal sebagai Lectis Magna (terkadang Lepcis Magna), juga disebut Lpqy atau Neapolis, adalah kota utama di masa Kekaisaran Romawi. Reruntuhannya berada di Al Khums, Libya, 130 km di timur Tripoli, pada pantai di mana Wadi Lebda bertemu lautan. Leptis Magna merupakan salah satu reruntuhan Romawi paling spektakuler dan tak terjamah di Laut Tengah.

Leptis Magna adalah reruntuhan kota kuno di Libya. Terletak di bagian barat laut negara di kawasan Al Khums, dekat kota Al Khums . Leptis Magna ini didirikan sekitar 1100 SM. Di awal waktu, kota ini menjadi pusat perdagangan utama dan salah satu dari kota-kota besar kerajaan Kartago. Sejak 146 SM kota milik orang-orang Roma. Pada waktu itu, kota dengan bangunan yang mengesankan, sebuah pasar besar rumah yang indah dan pelabuhan besar dilaporkan permata terbesar dari Kekaisaran Romawi. Sampai 6 abad, kota yang mengalami ledakan. Kemudian, bagaimanapun, sering Barbar penggerebekan tersebut rusak berat dan ke-7 abad, ditinggalkan dan tidak pernah diselesaikan. Setelah meninggalkan, kota Leptis Magna tidak lagi dipertahankan, secara bertahap menyapu pasir dari padang pasir. Sebagai hasilnya, juga sisa-sisa dipelihara sebagian besar kota. Residu telah benar-benar zavátého Leptis Magna memeriksa beberapa sarjana dan dalam hal sejarah mulai menghancurkan kota. 

Banyak kolom dan kemudian permata Leptis Magna dibongkar dan dibawa ke pusat kemudian Mesir, beberapa bagian bahkan Leptis Magna dibawa ke Paris atau London. Perkembangan yang signifikan dalam menemukan rahasia Leptis Magna terjadi pada tahun 1951 ketika Libya memperoleh kemerdekaan dalam penelitian Leptis Magna bisa melibatkan para ahli dari seluruh dunia.

Ini adalah salah satu pasar yang paling penting antara Eropa dan Afrika pada masanya. Sangat menarik bahwa ada lahir seorang gubernur Romawi yang dikenal Septimus Severus. Sejak 1982, reruntuhan kota kuno Leptis Magna terdaftar di Daftar Warisan Dunia UNESCO

Sejarah

Abad ke dua belas sebelum masehi menjadi masa panjang bagi kaum Fainikiyah, sekelompok orang Arab yang suka mengembara. Mereka adalah para pedagang yang selalu berpindah tempat. Sampai akhirnya mereka menemukan Lubdah. Maka, pada abad ke sepuluh suku Fainikiyah mulai membangun kota Lubdah. Pembangunan kota yang terletak di tepi pantai itu berjalan cepat. Setidaknya, hal itu, ditopang oleh penghasilan dari tanahnya yang subur dan terjalinnya hubungan baik antara mereka dengan penduduk asli.

Dalam sejarah tercatat, Lubdah mengalami kemajuan peradaban pada masa kekuasaan Aleksander Ceprus (235 M). Pada saat itu, penduduk Lubdah sebanyak delapan ribu jiwa, terdiri dari orang Yunani, Libya, dan Roma. Di bawah kekuasaan Ceprus peradaban Lubdah benar-benar mengalami kemajuan yang pesat. Tripoli (sekarang ibu kota Libya) saja, waktu itu, tidak bisa mengungguli kemajuan Lubdah (Ahmed, Dr. Thahir. Tarikh Al Fathi Al Arabi fi Libya. Libya: Al Darl Al Arabiyah Lil Kitab).

Sejarah meriwayatkan, Leptis Magna (baca: Lubdah) menjadi bagian dari kekaisaran Romawi untuk pertama kalinya pada akhir abad ke dua sebelum masehi. Saat itu, tidak sedikit pedagang dan banker Italia yang datang ke Lubdah. Hubungan pedangan juga terjalin dengan Alexandaria di timur. Prasasti Arsinoe membuktikan adanya import beras di Lubdah.

Bukan hanya suku Fainikiyah yang tertarik pada (kekayaan) Lubdah, bangsa Romawi pun sama. Sejarah mencatat kekayaan kota ini. Ia kota penghasil minyak zaetun. Namun, sayang kekayaan tanahnya tidak bisa dinikmati oleh warga pribumi. Melainkan 3 juta pound minyak zaetun harus dipersembabhkan pada Kaesar Jelius sebagai upeti atas bantuan yang ia berikan pada Lubdah saat terjadi perang sipil. Minyak sebanyak itu hasil panen satu juta pohon zaetun yang menjadi persyaratan raja.

Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, mungkin itu kalimat yang tepat untuk mengomentari peristiwa perang sipil di Lubdah. Pascaperang, sebagai pusat perniagaan, Lubdah mendapatkan keuntungan yang berlipat. Namun, sekali lagi, bukan warga pribumi yang menikmatinya. Melainkan Romawi di bawah komando Kaisar Augustus mengeksploitasi kekayaan bumi hijau (sebutan Libya saat ini).

Pada saat berkuasa, Augustus mewajibkan setiap daerah untuk membayar upeti sebagai kesejahteraan pascaperang sipil. Upeti itu juga diperuntukkan bagi kesejahteraan Afrika pada umumnya, dan pengiriman pasukan Augus yang ketiga. Peristiwa ini terjadi sekitar abad ke 30 SM, di Theveste.
Meskpun saat itu Lubdah masih belum bisa dikatakan sebagai tempat yang menenterakam, bukanlah suatu kebetulan ungkapan sang pujangga Virgil yang mengatakan bahwa Afrika adalah terra triumphis dives, sebuah kota yang kaya dengan kemenangan (Aenid,4.37-38). Berbagai kemenangan terjadi pada tahun 46, 34, 28, 21, dan 19 ketika Lucius Cornelius Balbus memasuki Fezzan dan berhasil mengalahkan suku Garamantes. Kota-kota mereka menjadi pusat perdagangan yang memiliki peranan penting sebagai penghubung Subsarahan Afrika dengan Mediteranian.

Sejarah tidak akan pernah berhenti selama umat manusai masih bernyawa. Saat Kaisar Augustus berkauasalah pemberontakan terjadi di mana-mana. Diantaranya adalah pemberontakan yang dimotori oleh Quirinius. Sampai akhirnya Cornelius Cossus Lentulus mengutus beberapa orang untuk berdamai setelah mengalahkan Gaetulians. Perang berakhir, jalan-jalan dibangun untuk mempasilitasi gerakan pasukannya, misalnya jalan yang menghubungkan Leptis dengan Oea.

Secara resmi kota ini memiliki simbol Civitas libera et immunis yang berarti sebuah kemungkinan untuk merdeka dan tidak ada kewajiban untuk membayar pajak. Akan tetapi, simbol ini belum bisa diterapkan sebagaimana mestinya karena pada kenyataannya Leptis Magna masih saja mangambil upeti. Contoh yang tidak bisa dipungkiri, ia masih harus menyerahkan 3 juta pound minyak zaitun sebagai pajak negara.

Penggalian pelbagai jenis batu mulai dilakukan, bangunan baru pun mulai dikerjajkan. Satu diantaranya adalah Macellum (pasar). Prasasti pengabadikan pembangunan itu dibiayai oleh Annobal Tapapius Rufus, gabungan dari nama Punic dan Roma, yang terkenal dengan keluarga Tabahpi dalam bahasa Latinnya. Prasasti itu (dibuat sekitar tahun ke-8 SM) kemungkinan prasati tertua dalam bahasa Latin yang ada di Lubdah.

Tabahpi bukan hanya terkenal sebagai donator utama pembangunan pasar ini. Ia juga seorang arsitek unggul pada masanya. Kemasyurannya melebihi Yatonbal yang dijuluki sebagai the builder ketika itu. Tidak hanya itu, ternyata ia juga yang telah mendanai pembangunan tiater yang selesai dibangun pada abad 1-2 CE.

Pembangunan terus berlangsung. Sampai Chalcidium dibangun di akhir pemerintahan Augustus. Pasar tertua pun, Punic, direnovasi dengan pemasangan ubin. Namun tetap mempertahankan bentuk segi empat kuno. Tidak ketinggalan kuil. Maka, dibangunlah kuil baru. Menurut sejarah, ternyata satu diantara kuil-kuil yang ada di Leptis dipersembahkan khusus untuk Shadrapa (sekarang dikenal dengan nama Dionysius). Tidak hanya itu, kuil yang lain pun ternyata dibangun khusus untuk Melk Ashtart (Hercules).

Masa pemerintahan Tiberius (14-37) merupakan saksi bisu atas pembrontakan yang dikepalai oleh Tacfarinas. Kepala suku bangsa Numidian ini mengadakan aksinya pada tahun ke-17 dan mendapatkan bantuan dari para petani dan pengembara yang merasa tertindas akibat perluasan kekuasaan untuk kota kota Tripolitania. Secara serentak mereka mengadakan pengrusakan disepanjang perbatasan gurun pasir di Roma. Di lain pihak, pasukan ketiga Augusta merupakan orang-orang yang paling sulit untuk mereka hadapi karena ternyata pasukan ini diperkuat oleh VIIII Hispana, yang di kepalai oleh Publius Cornelius Scipio. Meskipun demikian, kelengkapan pasukan ini belum mampu melenyapkan pemberontakan Tacfarinas dalam tempo yang singkat, karena mereka mampu bertahan disana hingga tahun ke-24.

Dimasa pemerintahan Gaius Rubellius Blandus, yang menikahi cucu kaisar sekaligus penanggung jawab terhadap pembangunan kuil baru tepatnya di gedung teater yang khusus dipersembahkan untuk Ceres Augusta, para penduduk Leptis merasa berterima kasih mereka terhadap kekaisaran Romawi dengan mempersembahkan (10) sebuah patung untuk Gaius Gavius Macer, seorang panglima perang, (2) memperluas kuil Augustus dan Roma, (3) menghadiahkan sebuah monument untuk Augusta Salaturis, (3) membuat patung kehormatan Tiberius, dan (4) meratakan beberapa jalan sebagai bukti akan daerah kekuasaan mereka. Pembangunan itu didanai dari hasil penyitaan kawasan yang telah diduduki kawanan pemberontak suku pribumi yang dikepalai oleh Tacfarinas.

Pembangunan kota Leptis dengan corak khasnya yang bergaya Romawi terus berlangsung. Bangunan bangunan baru bermunculan, berbagai monumen hadir sebagai persembahan untuk kekaisaran Romawi, dan pembayaran pajak terus dilakukan. Penduduk Leptis banyak yang melakukan hubungan perdagangan dengan para pedagang dan banker dari Italia. Sehingga, terjadilah percampuran bahasa yang melahirkan penggabungan berbagai nama.
Sejarah Lubdah tidak berhenti sampai di sini. Pada tahun 644 M panji-panji Islam masuk ke sana, saat itu Lubdah sedang merana. Tidak ada penguasa yang meng-handle penduduknya. Sekarang, Lubdah masuk ke dalam wilayah Libya. ”Negeri muslim miyah miyah, seratus persen beragama Islam" 

PMII TARBIYAH DAN KEGURUAN


Gunung Everest


Gunung Everest (bahasa Inggris: Mount Everest) adalah gunung tertinggi di dunia (jika diukur dari paras laut). Rabung puncaknya menandakan perbatasan antara Nepal dan Tibet; puncaknya berada di Tibet. Di Nepal, gunung ini disebut Sagarmatha (सगरमाथा, bahasa Sansekerta untuk "Dahi Langit") dan dalam bahasa Tibet Chomolangma atau Qomolangma ("Bunda Semesta"), dilafalkan dalam bahasa Tionghoa 珠穆朗瑪峰 (pinyin: Zhūmùlǎngmǎ Fēng).

Gunung ini mendapatkan nama bahasa Inggrisnya dari nama Sir George Everest. Nama ini diberikan oleh Sir Andrew Waugh, surveyor-general India berkebangsaan Inggris, penerus Everest. Puncak Everest merupakan salah satu dari tujuh puncak di dunia.

Ukuran

Radhanath Sikdar, juru ukur dan pakar matematika dari Bengal, merupakan orang pertama yang menyatakan Puncak Everest sebagai puncak tertinggi melalui perhitungan trigonometrik pada 1852. Perhitungan ini dilakukan menggunakan teodolit dari jarak 150 mil jauhnya di India. Sebagian rakyat India percaya bahwa puncak tersebut semestinya dinamakan menurut Sikdar, bukan Everest.

Gunung ini mempunyai ketinggian sekitar 8.850 m; walaupun terdapat variasi dari segi ukuran (baik pemerintah Nepal maupun Cina belum mengesahkan ukuran ini secara resmi, ketinggian Puncak Everest masih dianggap 8.848 m oleh mereka). Gunung Everest pertama kali diukur pada tahun 1856 mempunyai ketinggian 8.839 m, tetapi dinyatakan sebagai 8.840 m (29.002 kaki). Tambahan 0,6 m (2 kaki) menunjukkan bahwa pada masa itu ketinggian yang tepat sebesar 29.000 kaki akan dianggap sebagai perkiraan yang dibulatkan. Perkiraan umum yang digunakan pada saat ini adalah 8.850 m yang diperoleh melalui bacaan Sistem Posisi Global (GPS). Gunung Himalaya masih terus bertambah tinggi akibat pergerakan lempeng tektonik kawasan tersebut.

Gunung Everest adalah gunung yang puncaknya mencapai jarak paling jauh dari paras laut. Dua gunung lain yang kadangkala juga disebut sebagai "gunung tertinggi di dunia" adalah Mauna Loa di Hawaii, yang tertinggi jika diukur dari dasarnya pada dasar tengah laut, tetapi hanya mencapai ketinggian 4.170 m atas paras laut dan Gunung Chimborazo di Ekuador, yang puncaknya 2.150 m lebih tinggi dari pusat bumi dibandingkan Gunung Everest , karena Bumi mengembung di kawasan katulistiwa. Bagaimanapun juga, Chimborazo hanya mencapai ketinggian 6.272 m di atas paras laut, sehingga bahkan bukan merupakan puncak tertinggi di Andes.

Dasar terdalam di lautan lebih dalam dibandingkan ketinggian Everest: Challenger Deep, terletak di Palung Mariana, begitu dalam hingga seandainya gunung Himalaya diletakkan di dalamnya, masih terdapat hampir 1,6 km air menutupinya.

Koordinat: 27°59′16″LU,86°56′40″BT

Sejarah

Dunia punya banyak fenoma alam. Ada air terjun Niagara, pegunungan es Alpen, wilayah bersalju Eskimo, dan tentu saja Mount Everest yang berada di pegunungan Himalaya.

Yang utama diingat orang, tentu, Everest adalah gunung tertinggi di jagat raya. Tingginya mencapai 8.850 meter di atas permukaan laut. Mari kita bandingkan dengan Gunung Sibayak yang terletak di dataran tinggi Karo dengan ketinggian 2.094. Artinya puncak Everest 4 kali lebih tinggi dari Gunung Sibayak.

Demikian tingginya puncak Everest ini sampai yang berpendapat jika everest dimasukkan ke dalam palung laut terdalam di dunia sekalipun, puncaknya masih bisa terlihat.

Letak Everest tak lazim, berada di tiga wilayah berbeda: Nepal dan Tibet. Puncak Everest, karena letaknya itu, menandai perbatasan Nepal dan Tibet. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha atau ‘dahi langit’. Orang Tibet menjulukinya Chomolangma atau ‘Bunda Semesta’ yang diambil dari nama China Zhunulangma Feng.

Konon gunung ini tercipta jutaan tahun lalu akibat terjadinya tabrakan dahsyat antara lempengan India dan Asia. Dalam proses perjalanannya gunung ini menjadi gunung tertinggi dan bersuhu sangat dingin dengan titik dingin di bawah 0 derajat celcius. Saking dinginnya, tidak satu hewan dan tumbuhan pun yang bisa bertahan hidup. Ribuan tahun lamanya di peta dunia gunung ini belum diberi nama.

Everest ditemukan oleh Sir George Everest pada 1841. Surveyor asal Inggris itulah yang pertama menemukan lokasi Everest. Nama Everest sendiri digagas Sir Andrew Waugh, penerusnya.
Sementara orang pertama yang menyatakan Everest sebagai gunung tertinggi di dunia adalah Radhanath Sikdar, juru ukur dan pakar matematika asal Bengal. Ia melakukannya lewat perhitungan trigonometrik pada 1852 dengan menggunakan teodolit di India dari jarak 150 mil.

Ketika pertama kali diukur pada 1856, Mount Everest tercatat setinggi 8.839 meter di atas permukaan laut. Lalu, direvisi lagi menjadi 8.840 meter atau 29.002 kaki. Tambahan 0,6 meter atau 2 kaki itu menunjukkan, di masa itu ketinggian yang tepat akan dianggap sebagai perkiraan yang dibulatkan. Sementara perkiraan umum yang digunakan saat ini diperoleh melalui bacaan Sistem Posisi Global (GPS). Gunung Himalaya, misalnya, masih terus bertambah tinggi akibat pergerakan lempeng tektonik kawasan itu.

Pencapaian Puncak Tertinggi di Dunia


Pertengahan abad 19 cerita tentang puncak tertinggi di dunia telah tersiar ditelinga masyarakat dunia. Pendaki gunung berkaliber dunia sangat tertantang untuk menaklukkan ketinggi gunung ini.
Upaya ekspedisi ke Everest sendiri telah dimulai sejak tahun 1893 oleh Inggris, namun tidak pernah menuai keberhasilan, ini dikarenakan oleh pihak Tibet dan Nepal tidak memberikan izin. Baru di tahun 1920 akhirnya Inggris berhasil memperoleh izin dari pemerintah Tibet untuk melakukan ekspedisi.

Tahun 1921 di bulan Maret, ekspedisi ke Everest pertama kali dilakukan oleh Inggris. Ini merupakan ekspedisi pertama di dunia dalam usaha mencapai puncak Everest. Ekspedisi yang dipimpin George Mallory bertujuan untuk mengeksplorasi jalur pendakian mencapai puncak Everest.

Dalam jangka waktu 30 tahun sejak tahun 1921 itu setidaknya ada 10 ekspedisi yang telah dilakukan. Namun ke-10 eksepedisi ini berakhir dengan kegagalan bahkan telah merenggut nyawa para pendaki.

Bahkan di antara pendaki yang tewas itu adalah George Mallory dan Irvine. Mereka ketika itu tergabung dalam ekspedisi ke-3 Inggris pada tahun 1924. 8 Juni 1924 kabar tentang kehilangan Mallory dan Irvin tercuat. Baru di tahun 1933 kapak es Irvine ditemukan pada ketinggian 8.230 meter. Dan 73 tahun setelah hilang (tahun 1999) giliran jasad Malorry ditemukan secara utuh bersama kaca mata salju, altimeter dan pisau lipat.
Setelah ekspedisi Inggris yang ke-3 itu gagal, daerah Tibet dan Nepal ditutup untuk orang asing.

Siapa penakluk pertama puncak Everest?

Tahun 1952 kabar mengenai Everest kembali tersiar, lewat tim Ekspedisi Swiss yang ingin mencapai titik tertinggi. Ekspedisi ini berakhir dengan kegagalan dan hanya berhasil mengantarkan dua orang dalam timnya yaitu Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay mencapai ketinggian 8.550 meter.

Setelah kegagalan itu Swiss, Inggris kembali menyiapkan tim untuk ekspedisi di tahun berikutnya. Tim Inggris yang dibentuk kali ini dipimpin oleh seorang colonel John Hunt yang beranggotakan 10 pendaki dan seorang dokter. Ekspedisi yang dilakukan Inggris, ini merupakan yang ke-11 dalam usaha pencapaian puncak Everest.

Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay masuk dalam kelompok itu. Dalam perjalanan ini, cuaca buruk terus membayanginya, badai salju yang berlangsung sehari-semalam tak juga reda akibatnya 4 pengangkut beban mengundurkan diri karena buta salju.

Di tengah situasi buruk itu, Hillary dan Tenzing mencoba memberanikan diri untuk melanjutkan pendakian. Semangat itu terbayar tuntas. Keduanya berhasil mencapai puncak Everest. Sejarah kemudian mencatat Hillary dan Tenzing adalah orang pertama yang berhasil menaklukkan Everest pada 29 Mei 1953 atau 55 tahun lalu.

Yang perlu dicatat, sejak Everest telah disentuh oleh manusia melalui ekspedisi yang diawali pada tahun 1921, Everest telah menewaskan 130 orang hingga tahun 1996.

Orang tahu bahwa untuk berdiri di puncak Everest tidaklah mudah karena butuh biaya yang mahal, pengalaman mendaki, keberanian dan sebagian orang mengatakan bahwa orang-orang yang melampiaskan keinginannya berjalan menuju Everes adalah orang yang tidak berpikir sehat.
Sebagian orang tahu tentang hal itu, namun sebuah kenyataan yang sulit untuk di mengerti dalam jiwa para petualang tentang mengapa mereka melakukan kegilaan itu. Mallory jika menjawab pertanyaan ini akan menjawabnya: “Karena gunung itu ada di sana”.

Pyramids Teotihuacan




Sekitar 1500 Masehi, Bangsa Aztec menguasai Meksiko. Bangsa ini memang dikenal kejam, para prajurit memburu manusia untuk dikuliti dan dikorbankan kepada para Dewa mereka. Satu hal yang menarik dari sejarah bangsa ini ialah adanya legenda mengenai suatu kota yang hilang. Kota kuno misterius yang fantastis dengan dipenuhi arsitektur-arsitektur luar biasa bernama Teotihuacan.

Kota misterius yang hancur itu begitu besarnya, hingga saat suku Aztec menemukannya, mereka percaya pastilah itu tempat yang paling suci di seluruh alam semesta. Bangsa Aztec menamainya Teotihuacan yang memiliki arti tempat dewa-dewa. Kota kuno ini begitu menakjubkan, jaringan jalan-jalan panjang dan piramida-piramida besar berdiri di kota tersebut. Kota tersebut memiliki luas keseluruhan 12,8 km persegi, area yang lebih besar dari Kekaisaran Roma. Suku Aztec menyebut jalan utamanya sebagai jalan kematian dan mereka menamai 2 piramida terbesar sebagai Piramida Matahari dan Piramida Bulan. Dari bangkitnya sekitar tahun 1 Masehi hingga keruntuhannya 7 abad kemudian, Teotihuacan merupakan kota terbesar dibelahan bumi barat. Bangsa Aztec bahkan tidak pernah tahu siapa yang membangun kota besar ini dan mengapa mereka meninggalkannya. Dan hingga hari ini masih menjadi teka-teki membingungkan. Sesuatu hal yang mengerikan pastilah pernah terjadi di sini, hingga seluruh penduduknya lenyap tak berbekas sehingga mengubah kota besar tersebut menjadi sebuah kota hantu tak berpenghuni.

Di Kebudayaan kuno Afrika, Asia, Eropa dan Benua Amerika kita mengetahui alasan utama piramida-piramida besar dibangun, sebagian besar sebagai makam bagi keluarga kerajaan, adapula sebagai altar untuk melangsungkan upacara dan doa. Tapi Piramida di Teotihuacan adalah misteri. Tujuan utama dari pembangunan piramida di sini telah hilang ditelan waktu, karena para pembangun piramida hampir tak meninggalakan informasi apa-apa bagi kita. Kita tak tahu, mereka menyebut diri mereka sebagai bangsa apa? bahasa apakah yang mereka tuturkan atau dimana para penguasa dikubur? Mereka tak meninggalkan buku, sistem tulisan, sejarah tertulis masa lalu. Selama hampir seabad, ahli purbakala telah mengumpulkan banyak petunjuk. Lebih dari 900 ribu pecahan tembikar telah dianalisa, dinomori, dan dikemas. Makna dari beberapa artifak masih banyak diperdebatkan, namun penggalian belum lama ini mengungkap kisah tentang hidup dan mati dari kota piramida ini.

Walaupun merupakan sebuah kota besar, namun sebenarnya Teotihuacan merupakan suatu tempat yang terpencil di wilayah utara yang disebut Mesoamerika. Di awal mula millenium pertama Masehi, tempat tersebut hanyalah wilayah tandus dan gersang, lebih banyak kaktus daripada manusia. Lalu, mendadak hampir dalam semalam, populasi manusia meladak hingga pulahan ribu di kota itu. Bagaimana bisa tempat terpencil berdebu ini mendadak berubah menjadi kota terbesar se-Amerika? Satu teori menyebutkan bahwa orang-orang kabur dari api para dewa, yaitu letusan gunung berapi mengerikan. Gunung mendadak meletus dan lava membanjiri lerengnya. Seluruh kota terkubur dan sungai-sungai terbendung. Lahan-lahan pertanian musnah dan mengalami kehancuran total. Saat mencari tempat aman, orang-orang yang selamat berhamubran menuju tempat yang akan dikenal sebagai Teotihuacan. Tapi kota itu adalah misteri di dalam misteri. Mengapa semua orang berlari ke tempat yang tandus ini? Padahal terdapat situs lain yang lebih jauh dari gunung berapi, dengan tanah yang lebih subur dan lebih banyak hujan.

Para pengungsi pasti tertarik ke lokasi ini karena ada sesuatu. Atau mungkin ada pemimpin berwibawa yang mengatur populasi pengungsi ini menjadi tatan baru, keharmonisan baru dengan semesta dan kosmos. Orang yang hubungannya sangat kuat pada kekuatan suci yang disukai para dewa. Pemimpin berwibawa itu kemudian berencana membuat persembahan besar untuk para dewa dari gunung berapi. Dimana unsur-unsur bangunan persembahan terdiri dari unsur yang membunuh keluarga mereka dan menghancurkan kota mereka dulu. Mereka akan membangun gunung berapi buatan manusia yaitu piramida. Kemudian sebuah kota dan cara hidup baru pun telah lahir. Piramida-piramida menghantarkan jaman baru, masa dengan tatanan dan harapan masa depan. Piramida-piramida raksasa yang masih tersisa hingga hari ini hanyalah merupakan suatu saksi bisu dari kejayaan di Teotihuacan. Para wisatawan datang dari mana-mana ke tempat yang luar biasa ini. Teotihuacan merupakan adikuasa pertama di Benua Amerika, keajaiban dunia kuno yang lahir dari bencana, dan dibangun oleh sejumlah pengungsi. Selama berabad-abad, keberhasilan mereka menarik orang untuk hidup dalam bayang-bayang piramida. Hingga bencana misterius lainnya entah bagaimana menghancurkan mimpi itu.

Apakah yang sebenarnya terjadi di Teotihuacan dimasa lalu sehingga penduduknya bisa lenyap tak berbekas seperti itu? Rahasianya terletak di jantung piramida-piramida itu sendiri. Di Puncak abad 4 M, tak ada tempat di bumi seperti Teotihuacan. Pada masa itu, Kerajaan Besar di Mesir sudah lama runtuh, Peradaban Klasik di Yunani telah memudar, Kekaisaran Roma sudah lama dijatuhkan kaum Bar-bar. Namun di belahan dunia lain, Teotihuacan sedang mencapai puncak kejayaannya. Beberapa hal penting yang terjadi di bumi, terjadi di Teotihuacan ini. Populasi saat itu membengkak dan mencapai 200 ribu jiwa, ini menjadikan Teotihuacan tak ada tandingannya di Mesoamerika maupun di dunia. Kota ini mengendalikan rute niaga dari Arizona sekarang hingga El Salvador, kekuasaanya membentang di seluruh Mesoamerika. Untuk membandingkan bagaimana keramaian Teotihuacan pada masa silam maka bandingkanlah dengan beberapa kota modern masa kini seperti New York, London, dll. Teotihuacan bisa digambarkan sebagai kota modern masa silam, imigran beruduyung-duyung datang untuk mencari penghidupan baru. Bisa dikatakan, orang dari seluruh Mesoamerika datang untuk hidup di kota piramida ini. Piramida-piramida diibaratkan sebagai pencakar langit yang mengisyaratkan kekuasaan dan dominasi.

Tafsiran Arkeologis menyebutkan bahwa kemungkinan terbesar mengapa kota itu ditinggalkan adalah adanya penemuan-penemuan mengerikan di jantung setiap piramida. Nantinya, tulang-belulang yang berserakan di dalamnya akan menyibak sifat asli dari Kota Besar ini. Mungkin merupakan kunci mengapa megakota yang begitu kuat dan mulia ini akan ditinggalkan oleh orang-orang yang membangunnya. Jauh di dalam kota terdapat bukti akan sisi lain dari Teotihuacan yang amat berbeda. Mungkin juga penuh kekerasan seperti Suku Maya atau Aztec, Teotihuacan juga punya masa lalu kelam dan berdarah. Saburo Sugiyama, Seorang Arkeologi yang telah bertahun-tauhn meneliti Artifak di Teotihuacan mendapatkan penemuan aneh jauh di dalam Piramida Bulan. Tualng belulang manusia berserakan muncul dari dalam tanah dan nampaknya tempat tersebut bukan merupakan penguburan normal. Kerangka-kerangka manusia itu terpenggal, lengan-lengan mereka diikat di punggung. Sesuatu yang keras, kelam dan mengerikan tentulah pernah terjadi disini. Ahli antropologi forensik, Michael Spence, yakin bahwa ia bisa tahu kisah sebenarnya orang-orang itu meninggal. Kerangka-kerangka manusia itu dulunya adalah koraban persembahan. Mereka mengorbankannya dengan mengikat lalu memukulinya minimal dua kali. Untuk menjaga kemakmuran kota piramida, nyawa mereka dipersembahkan untuk para dewa. Teotihuacan sebenarnya juga bukanlah merupaklan kota yang damai dan harmonis, mata uangnya adalah darah manusia. Teotihuacan juga dikatakan sering berperang, dan mereka memuaskan dewa-dewa mereka dengan darah para tawanan perang.

Tapi entah kenapa, di puncak kejayaannya dan pengaruhnya ada yang tak beres. Darah saja tak cukup, para dewa mengkhianati kota piramida. Selama lebih dari 5 abad kota ini berkembang, lalu disekitar abad 6 ia runtuh dan pusat kota yang suci itupun ditinggalkan. Sangat sulit dibayangkan mendadak kota ramai seperti New York misalnya ditinggalkan para penduduknya dalam waktu yang sangat cepat, begitupula Teotihuacan. Hilangnya para pembangun piramida ini adalah misteri besar yang bisa diselesaikan dengan petunjuk terkecil. Bukan dari piramidanya tapi dari gigi yang dikumpulkan dari kuburan kuno, sebab gigi termasuk cara terbaik memahami kesehatan seseorang. Gigi yang kuat menandakan kesehatan yang bagus, namun gigi yang ditemukan disini menunjukkan semuanya tidak baik. Di tahun-tahun terakhir kemansyuran kota itu, kesehatan penduduk tak sebaik sebelumnya. Sebab dari penurunan kesehatan ialah popularitas piramida itu sendiri. Terlalu banyak orang datang untuk hidup dalam bayangna perlindungannya. Kota ini menjadi sekumpulan jalanan padat, rawan penyakit dan bau buangan kotoran. Tak ada cukup makanan atau air minum sehingga menjadikan manusia hidup tidaklah panjang di Teotihuacan. Piramia-piramida itu terlalu sukses sehingga tidak menyadari bahwa kota ini tumbuh menuju titik kehancuran. Tumbuh perpecahan antara orang kaya dan miskin. Jalan utama kota saat itu menjadi wilayah terlarang bagi rakyat jelata. Lalu ada bencana terakhir yang tak bisa dicegah yaitu kekeringan. Kebutuhan akan hujan sangat mendesak, para pendeta bahkan membunuh bayi-bayi di kota itu dengan harapan air mata bayi dapat mendatangkan hujan.

Para ilmuwan dulu percaya saat runtuh dari dalam, kota itu juga diserang dan dimusnahkan oleh bangsa lain. Tapi ada sedikit bukti kekuasaan yang cukup besar diwilayah itu untuk menyerang dan mengalahkan kota selemah Teotihuacan. Teotihuacan pasti menghancurkan diri, lahir dari ketakutan akan gunung berapi, kota ini akan mati dalam api. Hampir 15 abad kemudian, bukti masih terlihat di dinding piramida dan kuil yaitu tanda-tanda pembakaran. Apinya begitu panas hingga menghanguskan batu. Mungkin terjadi secara spontan pada suatu malam, saat ritual suci pengorbanan memohon hujan atau makanan. Menurut suatu teori, warga kota bangkit memberontak dan membakar lambang kejayaan mereka dulu. Dan mereka percaya, dari seluruh penderitaan mereka bersumber pada piramida-piramida yang terletak di kota mereka. Petunjuk menarik mendukung teori ini, yaitu bukti samar kerusakan akibat api di 2000 kompleks apartemen di Teotihuacan.

Tapi teori lain jauh lebih aneh dan bahkan lebih menakutkan. Para arkeologis mendapati bukti tumpukan kayu hangus di reruntuhan kuil. Sisa-sisa api unggun besar dan bukan disebabkan oleh sebuah kekacauan, tapi sesuatu yang direncanakan. Pelakunya mungkin para pendeta yang melayani para dewa dan piramida. Mereka menganggap kejayaan Teotihuacan sudah berlalu, sehingga kediaman kekuasaansuci, lahan suci dari jalan kematian harus dibasmi. Mereka membakar kuil yang ada di puncak piramida, dan menghancurkan pahatan dewa-dewa mereka. Para pendeta merusak ikatan suci antara kota dan kosmos selamanya. Bak gunung berapi membara, kuil di puncak piramida terbakar. Pesan terakhir bagi para dewa, Teotihuacan sudah mati. Seiring waktu berjalan, para penduduk dengan cepat pula meninggalkan kota besar yang telah "sekarat" tersebut.

Ha Long Bay



Ha Long Bay (harfiah: "Descending Teluk Naga"; Vietnam: Vinh Ha Long) adalah sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, dan tujuan wisata populer, terletak di Provinsi Quang Ninh, Vietnam. Secara administratif, teluk milik Ha Long City, Cam PHA kota, dan bagian dari kabupaten Don Van. teluk ini memiliki ribuan pulau karsts kapur dan dalam berbagai ukuran dan bentuk. Ha Long Bay merupakan pusat dari sebuah zona yang lebih luas yang mencakup Bai Tu Long teluk di timur laut, dan pulau-pulau Cat Ba ke barat daya. Ini lebih besar zona saham geologi yang sama, geografis, geomorfologi, iklim, dan karakter budaya. 

Ha Long Bay memiliki luas wilayah sekitar 1.553 km2, termasuk 1.960 pulau, yang kebanyakan kapur. Inti teluk memiliki luas wilayah 334km2 dengan kepadatan tinggi dari 775 pulau batugamping di teluk ini. Telah melalui 500 juta tahun pembentukan dalam kondisi dan lingkungan yang berbeda. Evolusi dari karst di teluk ini telah 20 juta tahun di bawah pengaruh iklim tropis basah geo-keragaman lingkungan di daerah tersebut telah menciptakan keanekaragaman hayati., Termasuk biosystem evergreen tropis, laut dan pantai laut biosystem. Ha Long Bay adalah rumah bagi 14 spesies endemik bunga dan 60 spesies fauna endemik.

survei penelitian Sejarah telah menunjukkan keberadaan manusia prasejarah di daerah ini puluhan ribu tahun yang lalu. Budaya kuno berturut-turut adalah Soi Nhu budaya di sekitar 18,000-7,000 SM, CAI BeO budaya 7,000-5,000 SM dan budaya Ha Long 3500-5000 tahun yang lalu.Ha Long Bay juga menandai peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Vietnam dengan banyak artefak ditemukan di Bai Tho Mout, Đầu Go Gua, Bai Chay.

500 tahun yang lalu, Nguyen Trai memuji keindahan Ha Long Bay di Lo ayat nhập Van Đồn, di mana ia menyebutnya "batu ajaib di langit".Pada tahun 1962, Departemen Budaya, Olahraga dan Pariwisata Vietnam Ha Long Bay tercantum dalam Relik Nasional dan publikasi Landsekap Pada tahun 1994, zona inti dari Ha Long Bay tercatat oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia berdasarkan kriteria vii,. dan tercatat untuk kedua kalinya sesuai dengan kriteria viii. 

Etimologi

Menurut legenda setempat, ketika sedang bertempur melawan penjajah Vietnam Cina, para dewa mengirimkan keluarga naga untuk membantu membela tanah. Keluarga naga ini mulai meludah keluar perhiasan dan batu giok. Perhiasan ini berubah menjadi pulau-pulau dan pulau menghiasi teluk, menghubungkan bersama untuk membentuk sebuah dinding besar melawan penjajah. Orang-orang terus tanah mereka aman dan membentuk apa yang kemudian menjadi negara Vietnam. Setelah itu, naga tertarik tamasya damai di bumi, dan kemudian memutuskan untuk tinggal di sini. Tempat di mana naga ibu turun bernama Ha Long, tempat anak-anak naga dihadiri pada ibu mereka disebut Bai Tu Long pulau (Bai: hadir atas, Tu: anak, Long: naga), dan tempat naga anak-anak ekornya menggeliat hebat disebut Bạch Long V pulau (Bạch: warna putih-busa dibuat ketika anak-anak Naga menggeliat, Long: naga, vv: ekor).

Tempat
Ha Long Bay berlokasi di Vietnam timur laut, dari E106 ° 56 'untuk E107 ° 37' dan dari N20 ° 43 'untuk N21 ° 09'. teluk membentang dari kabupaten Hung Yen, melewati kota Ha Long, Cam Pha kota untuk kabupaten Đồn Van, berbatasan di selatan dan tenggara Teluk Tonkin, di sebelah utara oleh Cina, dan di sebelah barat dan barat daya oleh pulau Cat Ba. teluk tersebut memiliki panjang garis pantai sekitar 120km dan 1.553 km ² dengan ukuran sekitar 2000 pulau. Wilayah yang ditunjuk oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Alam Dunia menggabungkan 434km ² dengan 775 pulau, dimana zona inti dibatasi oleh 69 poin: Đầu Go pulau di sebelah barat, Ba Ham danau di selatan dan pulau Cong Tay di sebelah timur. Kawasan lindung adalah dari toko bensin Dam Cai untuk komune Hanh Quang, Cam PHA kota dan zona sekitarnya.
Iklim

Iklim teluk adalah tropis, basah, pulau laut, dengan dua musim: musim panas dan lembab, dan musim dingin kering dan dingin. Suhu rata-rata dari 15 ° C-25 ° C, dan curah hujan tahunan adalah antara 2000mm dan 2200mm. Ha Long Bay memiliki sistem khas pasang diurnal (pasang amplitudo berkisar antara 3,5-4m). salinitas ini dari 31 menjadi 34.5MT di musim kemarau dan lebih rendah di musim hujan.

Sejarah

Nhu Soi budaya (16000 - 5000 SM)

Terletak di Ha Long dan Bai Tu Long adalah situs arkeologi seperti ME Thien Cung dan Long. Ada sisa-sisa dari gundukan gunung kerang (Cyclophorus), kerang musim semi (Melania), beberapa moluska air tawar dan beberapa alat dasar tenaga kerja. Cara utama hidup habitants Soi Nhu sudah termasuk penangkapan ikan dan kerang, mengumpulkan buah-buahan dan menggali untuk bibit dan akar. lingkungan hidup mereka adalah daerah pesisir seperti budaya Vietnam lainnya, misalnya, seperti yang ditemukan di Hoa Binh dan Anak Bac.

Cai BeO budaya (5000 - 3000BC)

Terletak di Ha Long dan pulau Cat Ba, habitants yang dikembangkan untuk tingkat eksploitasi laut.
Periode feodal

Sejarah menunjukkan bahwa Ha Long Bay adalah pengaturan untuk pertempuran laut lokal terhadap tetangga pesisir Vietnam. Pada tiga kali, di labirin saluran di sungai Bach Dang dekat pulau, tentara Vietnam menghentikan Cina dari arahan. Pada 1288, Jenderal Tran Hung Dao berhenti kapal Mongol dari berlayar menaiki Sungai Bach Dang dekat dengan menempatkan baja-tip taruhannya kayu saat air pasang, tenggelam armada Mongol Kubilai Khan.

Selama Perang Vietnam, banyak saluran antara pulau-pulau tersebut sangat ditambang oleh angkatan laut Amerika Serikat, beberapa di antaranya ancaman untuk pengiriman sampai hari ini.

Penghargaan

Pada tahun 1962, Departemen Kebudayaan Vietnam, Olahraga dan Pariwisata ditunjuk Ha Long Bay sebuah 'Terkenal Pemandangan Monumen Nasional'.

Ha Long Bay pertama kali terdaftar sebagai sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1994 [11 dalam pengakuan beredar nilainya, estetika universal,]. Pada tahun 2000 Komite Warisan Dunia tambahan yang diakui Ha Long Bay nilai luar biasa ini geologi dan geomorfologi, dan perusahaan Warisan Dunia properti telah diupdate.

Pada tahun 2009, New 7 Wonders Foundation, yang menjalankan Tujuh Keajaiban Dunia program, termasuk Halong Bay di daftar nominasi sebagai salah satu World's 7 Keajaiban Alam.